Karya Satra Cerpen




BELAJAR MERELAKAN
karya Fransisca Natannia

Rambut terurai panjang dengan lesung pipit di pipi kanannya dan gigi gingsul yang dirinya punya, seakan membuat seorang gadis remaja itu terlihat manis bagi para laki-laki yang melihat bahkan mendapatkan senyuman darinya. Namanya Bena Anastasya. Bena memang manis, hanya saja dirinya terlalu menutup diri untuk orang orang di sekelilingnya. Dia hanya menutupi yang ia rasakan dengan senyumannya. Berbeda dengan kakaknya Christy  yang menutupi kesedihannya dengan mencari kegiatan dan menyibukkan diri.

Mereka dua bersaudara dari keluarga yang awalnya sangat harmonis. Keluarga yang utuh dan sangat bahagia dengan keadaan apapun. Hingga semuanya itu berubah saat terjadi sebuah bencana yang menyebabkan mama mereka sekarat dan sekarang koma. Semua seakan diambil secara paksa terutama dari Bena. Papa mereka masih hidup, hanya saja mereka tidak bisa merasakan kasih sayang dari seorang mama lagi. Papa mereka selalu berusaha memenuhi kebutuhan mereka, tapi bagi mereka terutama Bena, itu tidaklah cukup untuk memenuhi keinginan dirinya.
"Ma, yang aku inginkan hanyalah mama kembali bangun dan aku akan sangat bahagia..hanya itu mah" itu yang selalu dibisikkan Bena setiap menjenguk mamanya dirumah sakit.

Bena dulu adalah anak yang selalu periang dan tak pernah bersedih dalam hal apapun, tapi semua berubah seketika.  Yang dia inginkan hanyalah mamanya sadar dari komanya dan itu sudah sangat cukup untuknya
"Bena, ayok makan" kata papanya yang menyuruh Bena makan
"Engga pa, Bena ga laper, Bena mau naik dulu ke atas, mau ke kamar pa, mau istirahat"
"Ya sudah, bangun tidur, kamu makan ya"
Bena hanya mengangguk dan menuju ke kamarnya. Dipikirannya saat ini hanya mama nya dan mamanya

Sampai suatu hari di sekolahnya, dia bertabrakan dengan seorang laki-laki yang kebetulan adalah murid baru disekolahnya.
"Eh, maaf ya, gua tak sengaja menabrak lu" kata Bena sambil membantu anak baru itu berdiri.
"Iya gapapa kok, gua juga yang salah hehe bengong nyari ruang guru sampai ga melihat lu lagi jalan, maafin gua juga ya" sahut anak baru itu.
"Lu anak baru ya? Kenalin nama gua Bena" sambil tersenyum dan menyalaminya.
Anak itu kaget dan menyalami Bena juga. "Hmm.. Nama gua Alexander, panggil aja gua Alex."
"Oke Alex, gua kasih unjuk ruang gurunya yaa" sahut Bena dengan memberi Alex senyumnya.
Seketika Alex seperti tersihir oleh senyuman Bena dan mengiyakan kata-kata Bena.

Setelah memberi tahu Alex letak ruang guru, Bena kembali ke kelasnya. Dan semenjak hari itu, Alex dan Bena terlihat sering bersama dan bercanda serta ngobrol bersama. Semuanya itu membuat Bena seakan sedikit mengurangi kesedihannya terhadap kondisi mamanya saat itu. Alex seperti memberi dampak positif buat Bena dan membuat Bena nyaman bergurau canda dengannya. Tak disangka, pertemanan mereka sudah selama 1 tahun dan tepat mereka menginjak kelas 3 SMA. Mereka pun mulai jarang terlihat bersama karena kesibukan masing masing untuk menghadapi UN. Dan semakin lama, mereka semakin jarang dan jarang bergurau canda bersama lagi.

Tepat seminggu sebelum ulang tahun Alex yang ke 17, Alex menghampiri rumah Bena untuk memberi undangan hari ulang tahunnya, tapi Bena sedang tidak ada di rumah saat itu, yang ada hanya papanya Bena seorang. Saat itu, papa Bena mengajak ngobrol Alex dan diakhir obrolan, papa Bena hanya mengucapkan terima kasih kepada Alex. Alex bingung dan bertanya "loh om, kok mengucapkan terima kasih om, untuk apa ya om ucapan terima kasihnya?"
Ternyata pertanyaan Alex membuat papa Bena berfikir untuk menceritakan semuanya kepada Alex.
"Iya, saya ucapkan banyak terima kasih untuk kamu, karena kamu sudah membuat Bena hampir kembali menjadi Bena yang dulu. Mama Bena sedang koma di rumah sakit dan itu membuat Bena sedih dan murung. Tidak hanya Bena, bahkan kakaknya pun ikut murung karena penyemangatnya yaitu Bena masih larut dalam kesedihannya yang masih tidak terima atas musibah yang terjadi pada mamanya. Saya sangat mengucapkan banyak terima kasih ya nak"
Kata-kata itu membuat Alex tidak banyak bertanya dan tersenyum kepada papanya dan berkata "Iya om, sama-sama. Saya pamit pulang ya om, sudah kesorean, kasian bunda di rumah sendirian."
"Iya nak, hati-hati ya nak"

Keesokannya, Alex bertemu dengan Bena dan mengajaknya ngobrol di tempat biasa dulu saat mereka bercanda bersama. Alex membuka pembicaraan dengan memeluk Bena. Bena yang diam pun bertanya "kenapa?". "Sekarang udh ada gua, nangis aja di pelukan gua Ben, gua tau rasanya lu gamau kehilangan orang yang lu sayangin, gua rela kok seragam gua basah buat air mata lu". Bena mengerti dan gabisa menahan air matanya.. Ia menangis dengan air mata yang deras dan berteriak di pelukan Alex "GUA GAMAU KEHILANGAN MAMA GUA LEX, gua gamau" suaranya makin lama makin kecil dan Bena pun mulai diam dan kembali mengusap air matanya dan disela beberapa menit, Alex yang masih memandanginya pun membuka lagi pembicaraan
"Udah puas belom lu nangisnya?" sambil ketawa kecil dan menyubit pipi kanan dan kiri Bena.
"Apa maksud lu Lex?" tanya Bena yang masih agak penasaran merasakan Alex memeluknya seakan mengerri yang dia rasakan.
"Abi gua udah gaada Na, abi gua udah meninggal karna stroke. Abi gua pernah koma 2tahun dari gua kelas 6. Sampe akhirnya bunda gua nyuruh gua ngerelain dia dan galama setelah itu, dia meninggal. Gua tau rasanya kehilangan orang yang di sayang. Gua tau rasanya larut di kesedihan Ben. Gua tau" jawab Alex sambil tersenyum dengan mata berbinar di sebelah Bena.
"Lu ga kasihan liat mama lu di kasih alat tiap hari? Mama lu bertaham karna masih ada yang gamau ngelepas dia. Mama lu masih nunggu agar lu mau ngerelain dia dan dia akan pergi dengan ngasih senyuman ke lu Na". Lanjut Alex.
"Gua gabiasa Lex", balas Bena.
"Lu pasti bisa Na. Yang seharusnya lu jagain itu papa lu sekarang. Dia makin tua, makin banyak sering kecapean. Lu tega banget bikin papa lu makin tua makin stress mikirin lu Na'' sahut Alex dengan muka melasnya.
"Iya Lex, gua usahain gua relain mama gua biar mama gua tenang. Makasih Lex..makasih banget" kata Bena yang tiba-tiba kembali tersenyum.

Lalu seminggu pun berlalu dan Bena menghadiri ulang tahun Alex yang ke 17. Disana, Bena bertemu dengan bundanya Alex dan betapa terkejutnya Bena saat melihat wajah bundanya Alex yang hampir 90% mirip dengan wajah mamanya yang sedang koma dirmah sakit. Karena terkejut dan bingung serta penasaran, akhirnya Bena memberanikan diri bertanya dengan berbasa basi kepada bundanya Alex sedangkan Alex sedang sibuk mengobrol dengan teman-temannya.
"Halo tante, nama saya Bena tante, temennya Alex di sekolah barunya" sapa Bena dan memberi senyumnya yang manis
"Eh iya halo juga.. Oh kamu ya yang namanya Bena, Alex sering cerita kok tentang kamu" sapa bundanya Alex yang baik hati itu.
"Tante, maaf saya agak lancang, tapi tante, kok tante wajahnya mirip mama saya ya tante" tanya Bena yang langsung spontan karena penasaran.
Bunda Alex kaget mendengar ada seorang gadis berkata bahwa mamanya mirip dengan dirinya. Akhirnya bunda Alex berkata "besok ajak tante menemui mama kamu ya sayang, masa iya wajah mama kamu mirip saya tante" dengan wajah menutupi rasa kagetnya.

Keesokannya, Bena pergi ke rumah sakit dengan Alex dan bundanya. Betapa kagetnya bundanya Alex saat melihat yang terbaring adalah saudara kembarnya. "Fanaaa.. Yaampun.. Kamu kenapa Fana, kenapa kamu bisa sampai begini.. Fana, bangunn, ini aku Fani, saudara kembar kamu.. Bangun Fanaa" sambil menangis membangunkan mamanya Bena.
"Hah??!! Saudara kembar??" hanya itu yang Bena dan Alex katakan sambil bertatap-tatapan. Mereka kaget mengetahui bahwa ternyata mama mereka berdua adalah saudara kembar. Ternyata mama Bena berpisah dengan bunda Alex karena kakek dan nenek Beda dan Alex berpisah dan mereka pun itu berpisah. Berarti Bena dan Alex adalah saudara. Mereka mempunyai ikatan darah. Mereka hanya tertawa mengetahui kalau ternyata mereka berdua adalah saudara. Dan itu sudah cukup untuk mereka menjalin hubungan sebagai teman lalu saudara. Tidak lebih dari itu.
Keesokannya, mama Bena bangun dari komanya saat keadaan yang sedang menjaga adalah bundanya Alex. Betapa senangnya mama Bena saat tahu kalo ternyata saudara kembarnya telah di temukan bahkan sudah sampai mau menjaga dirinya. Namun, ternyata mama Bena bangun hanya untuk mengucapkan selamat tinggal dan akan pergi untuk selamanya. Saat Bena mengetahui mamanya telah pergi untuk selamanya, Bena melihat Alex dan ingat kata-kata Alex untuk merelakan mamanya saat itu. Ben tidak sedih, dia tersenyum melihat mamanya untuk terakhir kalinya dan berbisik "selamat jalan ma, Bena sayang sama mama"
Setelah hari itu, kehidupan kembali seperti biasa, papa Bena kerja dan kakaknya kembali kuliah untuk meraih gelar S2. Dan Bena kembali bersekolah dengan semangat dan lulus dengan nilai yang bagus dan beekuliah di luar negeri bersama dengan Alex yang dibiayai oleh papanya Bena.

Selesai



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Novel Klasik (Abu Nawas)

Resensi buku Novel Pop (Kakak Kelas)

Puisiku untuknya