Resensi Buku Novel Klasik (Abu Nawas)
PENGABDIAN
Judul : Abu Nawas
Pengarang : Nur Sutan Iskandar
Tahun Terbit : 2000
Cetakan : Ke-22
Tebal Buku: 127 halaman
Sinopsis:
Novel
ini menceritakan tentang kisah seseorang yang bernama Abu Nawas . Abu Nawas
berasal dari Persi. Kisah ini banyak diambil dari kisah-kisah Seribu Satu Malam
karena banyak orang yang menggemarinya. Cetakan buku ini banyak karena sampai
saat ini banyak disukai oleh berbagai kalangan. Dalam buku ini, Abu Nawas
ditempatkan di berbagai macam persoalan, namun karena akal dan gaya bicaranya
yang asal berkata, Abu Nawas mampun memecahkan persoalan itu.
Salah
satu kisahnya adalah saat Abu Nawas mengembara ke Basra dan Kufa. Disana ia
belajar bahasa Arab dan berteman dengan orang-orang Badui. Orang-orang Badui
pula yang menyebabkan adat istiadanya mudah dikuasai oleh Abu Nawas. Abu Nawas
juga seseorang yang pandai bersyair, berpantun, dan bernyanyi.
Ketika
Abu Nawas pulang ke negerinya, Abu Nawas diajak oleh ayahnya untuk pergi ke
Bagdad. Di Bagdad, Abu Nawas mengabdikan dirinya pada seorang sultan yang
bernama Sultan Harunurrasyid dan al-Amin. Selama di Bagdad, kemampuan Abu Nawas
dalam bersyair pun mulai meningkat. Ia juga dijadikan lakon utama. Ia pandai
membuat lelucon dan juga suka mengkritik orang-orang termasuk rajanya sendiri.
Beberapa
judul dalam novel klasik Abu Nawas ini adalahAbu Nawas Mengajar Lembu Sultan
Harunurrasyid Mengaji Quran, Abu Nawas mengangkat Mesjid, Abu Nawas menjadi
raja sesaat, dan masih banyak lainnya.
Salah
satu contohnya adalah pada saat Abu Nawas mengajar Lembu Sultan Harunurrasyid Mengaji
Quran. Diceritakan bahwa Abu Nawas mendapat perintah mengajari seekor lembu
agar bisa mengaji. Abu Nawas menerima perintah itu dan mengambil pecut untuk
memecuti lembunya itu. Abu Nawas hanya mengatakan kata atau, atau, dan atau.
Akhirnya ia dipanggil dan ditanyakan alasan mengapa terus-menerus mengatakan
kata atau, lalu ia menjawab serta menjelaskan bahwa kata itu berarti jika saya
mati dihukum atau lembu itu mati dipecuti atau paduka yang mati. Ia menjelaakan
juga bahwa tidak mungkin seekor lembu dapat mengaji dan paduka itupun mengerti
dan menerima pernyataan Abu Nawas itu.
Kelebihan :
Cerita
ini patut dibaca karena nilai budi luhur dan juga mengajarkan kita agar tidak
terlalu alim saat melaksanakan suatu perintah atau tugas. Cerita ini juga
mengajarkan hal yang kita lakukan sebelum bertindak.
Kekurangan
:
Di buku ini masih banyak
menggunakan bahasa yang asing saat dibaca sehingga untuk mengerti butuh
pengertian yang benar-benar mengerti bahasa lampau.
Penilaian
:
Kelayakan buku ini adalah layak
dibaca di berbagai kalangan. Buku ini bisa dijadikan buku dongeng sebelum tidur
dan juga bisa jadi buku bacaan saat waktu kosong.
Komentar
Posting Komentar